Akhirnya ibu dan ayah buru-buru mandi dan mempersiapkan bawaan kami. Sekitar jam 4.30, kami bersiap berangkat dari rumah. Adik dan kakak masih terlelap tidur, dibangunkan dan digendong menuju bandara dengan baju tidurnya, hehehe...habis takutnya tidak keburu dan kasian karna mereka keliatannya masih ngantuk. Ternyata selama dalam perjalanan kakak terbangun sementara adik masih terlelap tidur...Kami tiba dibandara sekitar jam 5.20. Kakak dan adik begitu senang liat suasana baru di terminal 3, yang kebetulan masih baru dan mewah...
Ini pengalaman pertama, kakak dan adik naik pesawat terbang. Kakak bersama ayah duduk didepan sementara adik, ibu dan tante dibelakangnya. Eyang duduk diseberang kami. Dari beberapa artikel yang kami baca, pada saat take off dan landing, sebaiknya anak diberi minum susu untuk mengurangi rasa sakit ditelinga akibat perubahan ketinggian. Adik dan kakak hanya mau minum susu sebentar saja, seakan-akan hanya untuk memuaskan rasa hausnya. Selama perjalanan, kakak dan adik senang banget melihat pemandangan diluar jendela pesawat.
Kami tiba di bandara Adisucipto sekitar jam 7 pagi, penerbangan pagi ini terasa cepat sekali. Setelah mengambil barang-barang, kami bersiap-siap keluar dari bandara. Perjalanan dilanjutkan dengan naik kereta Prameks menuju Solo. Kami menuju ke stasium Maguwo yang tepat berada didepan bandara, sekitar 100 meter. Kami hanya tinggal menyeberang jalan langsung naik tangga ke stasiun. Tidak lama menunggu, keretanya tiba. Kereta sudah penuh oleh penumpang, sehingga kami berdiri. Tidak lama berdiri, ada seorang bapak yang memberikan tempat duduknya untuk ibu. Akhirnya kakak dan ibu duduk. Kakak sempat berdiri disamping jendela untuk melihat pemandangan diluar, setelah itu duduk kembali. Keliatannya dia sedikit lemas, benar tidak lama kemudian kakak muntah karna suasana dalam kereta yang panas dan tidak ada udara. Kakak tiga kali muntah sepanjang perjalanan Yogya – Solo, adikpun juga mengalami muntah sekali. Duh, mungkin mereka masuk angin ya karna pagi-pagi belum sarapan, hanya minum susu doang... ibu sudah tawarkan lontong dan risol mereka tidak mau...
Kami turun di stasiun Palur dengan pertimbangan jaraknya sudah lebih dekat dibanding kalo turun di Solo balapan. Ternyata dari Palur, akses mendapat kendaraannya lebih susah karna jaraknya agak terpencil. Setibanya di stasiun Palur, kami bersihkan kakak dan adik dengan membasuh badan dan berganti pakaian. Setelah itu kami lanjut ke desa Karangbangun, Jumapolo, Karanganyar dengan taksi selama satu jam. Sepanjang perjalanan, kakak dan adik rewel, sampai-sampai taksi harus berhenti 2-3 kali untuk menenangkan mereka dulu.
Begitu tiba di kampung, kami disambut oleh mbah Warni (ibu dan ayah memanggilnya bulik dan paklik Mulyadi, adik ibu yang ke 8 dari 11). Kakak dan adik keliatan senang banget, sepanjang hari mereka terlihat begitu aktif. Mungkin karna tempatnya luas dan banyak binatang yang mereka temui seperti sapi, ayam dan angsa, hehehe...tapi untunglah mereka masih mau tidur siang. Sorenya kami kerumah mbak uti dan kakung Parno (kakak eyang yang pertama), disana kami bertemu dengan pakde Anto beserta mas Wisnu(Inu) dan mas Krishna (Ina), selain itu ada pakde Budi dan mas Melvin. Ada cerita lucu, karna tidak sabar menunggu ibu mandi, akhirnya kakak dan adik jalan duluan menuju ke rumah mbah Parno, dengan jarak hampir satu kilo lebih dan kondisi jalan naik turun, kakak dan adik berjalan kaki sampai disana sementara ibu diantar oleh tante Nanda dan om Miko dengan motor (anak dari mbah Mulyadi dan mbah Warni, umur mereka baru 12 tahun dan 7 tahun).
Kakak dan adik seneng banget selama dirumah mbah Parno, terutama karna ada Coki yang mengikuti kakak dan adik kesana kemari. Kakak selalu memanggilnya doggy, mungkin karna biasa mendengar ayah dan ibu memanggil doggy untuk anjing yang kami temui. Kami berkumpul bersama sembari cerita dan menikmati buah anggur dan salak serta kerupuk karak spesial buatan mbah Parno, bener-bener enak dan beda dengan kerupuk karak lainnya:-)
Sekitar jam 7an, kami tiba dirumah mbah Warni dengan mengendarai mobil dianter oleh pakde Budi dan mas Melvin. Ternyata ada mbah uyut Sarino (adek eyang uyut kami) dirumah utama. Setelah makan malam dan sedikit bermain, kakak dan adik, ibu siapkan untuk tidur malam. Mereka tidur lebih awal ternyata malam itu, sekitar jam 11 adik dan kakak nangis bersamaan minta digendong ayah. Proses untuk mendiamkan mereka sedikit memakan waktu lebih lama sehingga semuanya terbangun malam itu.
Nengok mbah kakung ke Klaten
Sabtu pagi, tanggal 17 Oktober 2009, rencananya pagi ini kami akan menuju rumah mbah kakung dari ayah yang tinggal di klaten. Semula rencananya pagi-pagi kami berangkat karna kondisi diatas pagi hari sudah panas, sekitar jam 4.30 pagi sudah keliatannya terang sekali, ternyata pagi itu bude Sri dan mbak Imah tiba dari karangayar menemui kami. Setelah ngobrol-ngobrol dengan bude dan mbak Imah, kami bersiap-siap berangkat ke Klaten sekitar jam 09.30. Kami mendapat pinjaman kendaraan dari pakde Anto untuk memudahkan transportasi selama disana. Kami tiba di klaten sekitar jam 11an, dilanjutkan dengan makan soto bening yang ada dideket rumah mbah kakung. Kami tiba dirumah mbah kakung sekitar jam 11.30. Ternyata mbah kakung dan mbah putri ke sawah siang itu. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya beliau pulang ke rumah. Awalnya kakak dan adik masih anteng serta malu-malu tapi tidak lama kemudian mereka mondar-mandir keluar masuk kamar, hehehe. Ibu dan ayah menyempatkan menyekar mbah uti dengan mengendarai motor mbah kakung. Beruntung mereka tidak menyadari ayah ibunya pergi sehingga mereka tidak mencari karna asik bermain.
Perjalanan kami siang itu dilanjutkan ke rumah mbah Seno (kakak dari bapaknya ibu) yang tinggal di Colomadu. Kami tiba disana sekitar jam 3.30. Kami menemui mbah uti Seno, pakde Hardi dan keluarga pakde Slamet beserta anaknya, mas Pieter. Awalnya Laras yang bermain bersama mas Pieter sementara kami mengobrol diruang belakang. Selanjutnya kakak mau ikut bermain bersama adiknya dengan mas Pieter. Awalnya mereka bertiga rukun bermain bersama, tapi tidak lama kemudian mulai ada pertengkaran rebutan sepeda roda empat milik mas Pieter. Kakak ternyata sudah lebih kuat mengayuh, sementara adik kakinya ternyata belum kuat dan tidak sampai untuk mengayuh ke bawah. Kami pamit sekitar jam 4.30an. Pada saat pamit, kakak menangis minta untuk dipangku ayah, seperti yang biasa dilakukan di Jakarta. Tapi karna tidak terbiasa dengan kendaraan yang sekarang, ayah tidak berani menyetir sembari memangku adik atau kakak. Mungkin karna lelah juga, adik dan kakak menangis kuat sekali sembari meronta-ronta.
Perjalanan kami lanjutkan dengan mampir ke makan bakso rusuk yang ada di Palur, sebenarnya perjalanan sudah sore sekali tapi karna kangen dengan baso ini, kamipun mampir sebentar. Sepanjang perjalanan hari sudah gelap, agak ketakutan sih sebenarnya ibu mengingat kami tidak terbiasa dengan suasana jalanannya sepi sekali. Ibu agak terheran-heran dengan adik, karna sepanjang perjalanan dia meminta ibu menyanyikan lagu Alleluyah dan Bapa Kami tanpa berhenti, ibu sampai tidak ada suara, sekali-kali dia ikut bernyanyi bersama. Terkadangpun kalo ibu sudah dipertengahan lagu Bapa Kami, adik meminta ibu menyanyikan lagu tsb dari awal lagi. Ayahpun karna kurang menguasai jalan, sepertinya jalan yang dilewati lebih panjang dan lama, tapi akhirnya kami tiba dirumah mbah Mul dengan sehat sekitar jam 7 kurang.
Ternyata sudah ada mbah Sukardi dan mbah Sukirah dirumah mbah Mul. Ibu dan ayah buru-buru memandikan adik dan kakak serta menyuapkan makanan ke mereka. Setelah itu mereka sibuk bermain dengan tante Nanda, om Miko dan mas Melvin.
Ketemu kakak kembar di gereja katolik Jumapolo
Minggu paginya, kami berangkat ke gereja bersama-sama dengan keluarga mbah Mul ke gereja Jumapolo, misa mulai jam 7 pagi. Persiapan dilakukan dari jam 5 lebih, karna hari sudah keliatan terang sekali, ibupun langsung mandi, berikutnya ayah baru kemudian kakak dan adik. Sekitar jam 6, kami semua telah siap berangkat. Kami tiba digereja jam 6.30. sudah ada beberapa umat yang hadir didalam gereja. Tidak lama didalam gereja, kakak bilang pup, akhirnya ibu dan kakak keluar gereja untuk ganti pampers. Untuk menuju toilet, kami harus menuruni tangga. Tidak jauh dari toilet, ada balai pertemuan yang dibuat terbuka sehingga keliatan banget suasananya menyenangkan sekali. Ternyata ayah dan adik menyusul kami dibelakang. Setelah dicek pamper kakak didepan toilet, ternyata kakak tidak pup. Kami akhirnya masuk kembali ke dalam gereja, kakak dan adik senang sekali menapaki tangga dari arah toilet ke gereja.
Pada saat mulai bacaan pertama, kakak dan adik mulai rewel, sampai akhirnya kami ajak mereka keluar gereja. Kami duduk dibagian belakang luar gereja, dimana untuk melihat ke dalam ada celah-celahnya. Ada beberapa orang yang duduk dibagian belakang ini, ternyata ada kakak kembar juga yang duduk dibelakang bersama orang tuanya. Mungkin karna beda umur yang lumayan, mereka tidak terlalu tertarik bermain bersama.
Kakak dan adik awalnya senang mengitari tiang-tiang bambu dan besi yang dibuat diluar gereja. Mereka mulai suka naik turun kursi. Om Miko menyusul keluar, sehingga akhirnya kakak dan adik bermain bersama om Miko. Menjelang lagu Anak Domba Allah, kami masuk ke dalam gereja. Itupun adik mulai rewel, tapi sewaktu akan penerimaan komuni, adik mau digendong ke depan.
Begitu acara pemberkatan anak, mereka pun maju ke depan dengan ayah dan ibu. Syukurlah, meskipun agak rewel, mereka bisa mengikuti misa sampai akhir. Setelah misa berakhir, kami bertemu dengan saudara-saudara kami lainnya. Setelah itu, rencananya eyang dan tante serta mbah Warni pergi berbelanja ke pasar dan lanjut makan bakso bersama-sama di terminal Jumapolo.
Kami tiba dirumah mbah Mul sekitar jam 09.30, selanjutnya eyang mengajak kami nyekar ke kuburan sanak saudara yang telah meninggal dari pihak eyang uti dan eyang kakung di Dagan. Setelah acara ziarah, kami lanjut ke rumah mbah Timan (kakak eyang kakung). Kurang lebih sekitar jam 11.30, kami pamit karna kakak dan adik mulai rewel ingin tidur siang. Tapi setibanya di rumah mbah Mul, mereka justru asik bermain dan baru mulai tidur sekitar jam 2an. Rencana sorenya, kami akan berkunjung ke rumah eyang buyut dikarangbangun tapi karna kakak dan adik masih tidur akhirnya hanya eyang yang jalan.
Sore harinya, bude Sri datang ke rumah beserta dengan mbak Imah. Ibu pesen baju dan celana murah untuk kakak dan adik yang dibelikan didaerah Pedan.
Berburu batik di PGS
Gara-garanya eyang mendengar dari bude Sri kalo belanja batik murah di PGS. Akhirnya kami semua penasaran untuk pergi kesana. Rencananya mbah Warni pun akan turut serta ke PGS. Kami sudah siap-siap untuk berangkat tapi ternyata ada tamu mencari mbah Mul atau mbah Warni, ternyata frater Blasius. Setelah ngobrol dengan frater Blasius, akhirnya kami berangkat menuju PGS sekitar jam 7.30. Tiba disana sekitar jam 8.30an, beberapa toko masih tutup, sementara ada beberapa yang siap-siap buka.
Ada beberapa toko memasang harga pas untuk baju batik yang dipajang dengan harga variasi. Dari hasil hunting ini, eyang dapat 3 atasan, tantepun 3 atasan, mbah Warni dapat 4 atasan untuk mbah Mul, mbah Warni, om Miko dan tante Nanda. Sementara ibu dapat 1 atasan, ayah 1 atasan dan 2 pasang baju untuk kakak dan adik. Kami pulang jam 12 dari sana. Mampir makan mie ayam bakso di daerah karanganyar, taman Pancasila. Tiba dirumah sekitar jam 01.30 sudah ada om Miko dan tante Nanda beserta mbah Mul. Siang ini kakak dan adik sama sekali tidak mau tidur siang. Kakak asik bermain dengan om Miko sementara adik bersama ayah.
Ikutan ke pasar Jatipuro
Rencananya siang ini kami balik ke Jakarta. Pagi harinya, sekitar jam 8, mbah Warni, eyang, tante dan kami sekeluarga berencana ke pasar Jatipuro dengan tujuan hunting jenang (dodol khas Solo) dan pamper. Sebelumnya kami drop eyang ke rumah mbah Parno yang kebetulan searah dengan pasar Jatipuro.
Tiba di pasar Jatipuro, kami langsung berburu jenang, setelah itu bandeng presto, mbah Warni berbelanja sayuran dan kebutuhan lain. Selain itu kami membeli bubur sumsum dengan campuran ketan item, candil, dll, es dawet, lento yang merupakan camilan tradisional.
Setelah dari pasar Jatipuro, kami mampir ke rumah mbah Parno dengan maksud menjemput eyang. Kamipun turun dan menikmati camilan yang kami beli bersama-sama. Tidak lama kemudian pamit, untuk persiapan bebenah.
Perjalanan pulang menuju Jakarta
Begitu kami tiba dirumah mbah Mul, tidak lama kemudian ada pakde Anto, mas Ina dan mas Melvin beserta mbah Parno membawa botok yang diolah untuk dinikmati bersama.
Kami mulai bersiap-siap sekitar jam 12, sekitar jam 1an, kami pun berpamitan dengan mbah Mul, mbah Warni, tante Nanda, mbah Parno, mas Inu, mbah Sukirah dan mbah Kardi yang kebetulan berkumpul disana. Rencananya, kami akan dianter oleh Pakde Yatno (sopir mbah Mul) berikut dengan om Miko, mas Ina dan mas Melvin yang akan turun serta ke Jebres, Solo. Kami nantinya bertemu dengan pakde Budi disana.
Tiba di Palur sekitar jam 2an, pakde Yatno bertukar tempat dengan pakde Budi. Selanjutnya kami dianter oleh pakde Budi menuju Jebres untuk naik kereta Prameks sekitar jam 2.30.
Kereta tiba tidak lama setelah kami memasuki stasiun Jebres. Karna terburu-buru membeli tiket, ibu tidak sempet berpamitan dengan pakde dan krucil-krucil yang ikut menemaninya.
Beruntung kereta yang kami naiki belum terlalu padat, sehingga kami masing-masing mendapat tempat duduk. Kakak dan adik begitu senangnya melihat kereta sewaktu ada di Solo balapan, untunglah selama perjalanan dengan kereta kakak dan adik merasa nyaman sampai kami tiba di Maguwo, Yogya sekitar jam 3.30.
Kami langsung masuk ke bandara Adisucipto. Ternyata pesawat mengalami delay selama 20 menit, kami baru take off sekitar jam 4.50 dari seharusnya jam 4.30. selama didalam pesawat, kakak begitu gelisah sehingga dia agak sedikit rewel dan uring-uringan minta turun dari pesawat. Tidak tau kenapa, mereka sedikit susah diatur pada saat dipasangkan seat belt, mereka lebih memilih berdiri. Kalaupun dipaksakan, mereka menjerit keras seakan tidak mau. Ibu dan ayah sampai bingung, ibu cobakan untuk menyusui kakak, tapi ternyata dia tidak mau dan memilih dengan ayahnya. Sementara adik, akhirnya duduk dipangkuan ibu setelah ditarik dari bawah karna keinginannya main dibawah kursi. Duh serasa héctic banget perjalanan kali ini. Untungnya kakak dan adik akhirnya bisa tenang. Setibanya di jakarta begitu turun dari pesawat, mereka sudah mulai keliatan ceria, apalagi sewaktu berada diterminal 3, liat gayanya mereka sewaktu mendorong troley, sampai-sampai kami harus mengalami dua troley,satu troley kosong untuk mainan mereka sementara satu troley penuh dengan barang-barang.
Tak terasa akhirnya kami kembali kehidupan rutin kami, cepet rasanya 5 hari berlalu begitu saja. Doakan ya adik dan kakak, mudah-mudahan taun depan kita bisa pulang kampung lagi ;-) Terima kasih Tuhan untuk kenikmatan perjumpaan dengan saudara-saudara kami terkasih yang ada di Klaten, Solo dan Karanganyar, kiranya Engkau selalu berkati kami semua, amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar